Skip to main content

Budaya Enggan Berbagi

Budaya Enggan Berbagi


Jika lebih dicermati, maka sebenarnya Indonesia ini bukan negara miskin, melainkan lebih tepat disebut sebagai negara yang secara ekonomis belum merata. Kesenjangan itu di mana-mana terjadi dan jarak antara yang miskin dan mereka yang kaya, kadang sedemikian jauh. Sementara orang menguasai sumber-sumber ekonomi, sedangkan sebagian banyak lainnya tidak memiliki akses, sehingga kemudian mereka menjadi miskin.

Keadaan seperti itu, jika pemerintah tidak melakukan langkah-langkah strategis yang sekiranya dapat menanggulangi, atau setidak-tidaknya mengurangi ketimpangan itu, maka kesenjangan akan semakin jauh. Rakyat yang miskin dan tidak berdaya, sepanjang hidup akan hanya menyaksikan orang-orang kaya yang sehari-hari menikmati kekayaannya. Bahkan orang miskin dan lemah secara ekonomi itu akan tereksploitasi oleh orang kaya. Mereka yang miskin itu bekerja dengan gaji rendah hanya untuk kepentingan orang kaya.

Dominasi orang kaya semakin kuat oleh karena mereka juga tidak memiliki semangat berbagi, bahkan dalam memonopoli sumber-sumber ekonomi semakin luas. Secara sederhana, hal itu sangat mudah dilihat sehari-hari oleh siapa saja, di mana, dan kapan saja. Para pemilik modal mengembangkan usahanya tanpa peduli terhadap kehidupan orang kecil dan miskin. Celakanya lagi, kadangkala penguasa setempat, -----dengan berbagai alasan, justru berpihak dan atau membela orang-orang kuat itu.

Kita lihat banyak usaha kecil, di bidang apa saja telah disaingi oleh pengusaha besar, lalu akibatnya mereka segera mati. Para pemodal membangun pabrik-pabrik berukuran besar, dan menyusun jaringan kerjasama serta distribusi secara rapi, hingga tidak memungkinkan sembarang orang ikut ambil bagian mendapatkan keuntungan. Mereka yang kecil, karena tidak mampu bersaing, maka akhirnya akan tersisih atau bahkan mati.

Para pengusaha kecil tidak ditolong, tetapi justru sebaliknya, dimakan oleh pengusaha besar. Sebagai contoh sederhana, kehadiran toko-toko modern, semisal alfamart, indomart, carrefour hingga di wilayah-wilayah pinggiran kota, maka otomatis berakibat mematikan pedagang-pedagang tradisional. Pasar modern tersebut dengan mudah bisa mengkses barang secara langsung dari pabrik, sehingga bisa mendapatkan harga paling murah, sementara pedagang kecil atau tradisional tidak mungkin melakukan hal yang sama.

Akibatnya, pasar-pasar tradisional menjadi mati dengan sendirinya. Bahkan dengan alasan untuk memenuhi tuntutan keindahan kota dan lain-lain, pasar-pasar tradisional yang sebenarnya adalah sebagai mata pencaharian orang kecil juga sengaja digusur, dan kemudian diganti dengan pertokoan modern itu. Menghadapi kebijakan pemerintah seperti itu, pedagang kecil, -------karena keterbatasan modal dan tidak ada yang membela, maka harus mati atau tersingkir.

Apa yang terjadi di tengah-tengah masyarakat seperti itu adalah sebagai gambaran tumbuhnya budaya enggan untuk berbagi antar sesama. Sementara orang ingin menguasai sumber-sumber ekonomi secara tidak terbatas, sedangkan lainnya tidak mendapatkan bagian. Maka terjadilah kesenjangan itu. Masyarakat dalam keadaan seperti itu sebenarnya tidak sehat. Suasana sombong, congkak, takabur menjadi hal biasa, dan sebaliknya rasa rendah diri, terhina, dan seterusnya akan selalu terjadi. Kebersamaan antar sesama akan menjadi barang langka. Islam mengajarkan tentang kebersamaan, berbagi, dan peduli atas sesama. Orang yang tidak peduli pada orang miskin dan anak yatim disebut sebagai telah mendustakan agama. Islam membolehkan ummatnya mendapatkan rizki sebanyak-banyaknya, tetapi tidak boleh hingga mengganggu dan apalagi mematikan pihak lain. Islam mengajarkan konsep berjama'ah, baik dalam kegiatan ritual maupun dalam kegiatan lainnya.

Dalam ajaran Islam disebutkan bahwa sebagai petanda kesempurnaan iman seseorang, adalah manakala mereka sanggup mencintai orang lain sebagaimana mencintai dirinya sendiri. Islam menganjurkan agar selalu peduli sesama, dan bukan malah membangun budaya enggan berbagi, sebagaimana hal itu telah terjadi di mana-mana. Wallahu a'lam.

 
Tulisan: Agustianto M.Ag

Comments

Popular posts from this blog

Islamic Agriculture Finance for Rural Economy

Islamic Agricultural Finance is an Ideal  Product for the Development of Rural  Economy  The agriculture sector lacks financial resources, due to which small-scale farmers are facing a lot of problems, consequently affecting the agriculture and livestock sector. But in Muslim countries including Pakistan, the primary the reason behind the lack of financial inclusion in the agricultural sector is unavailability of such financial products that are in correlation with the religious and social belief of the Muslims and if we want to promote agriculture and livestock then we have to introduce such financial products which are in accordance with their religious beliefs, therefore, the use of Islamic Agriculture Finance is necessary for the development of the rural economy especially in Muslim majority countries. These thoughts were expressed by Mr. Muhammad Zubair Mughal, the Chief Executive Officer of Al Huda Center of Islamic Banking and Economics in a seminar in ...

The Usurers: How Medieval Europe circumvented the Church’s ban on Usury

The Usurers: How Medieval Europe Circumvented the Church’s Ban on Usury Some observers may see resemblances between the Medieval European methods of circumventing the Church’s ban on interest, and some financial structures utilized today by Islamic Banks. To be fair, while a very small number may be true, it’s certainly in my experience very limited and is not representative of Islamic banking institutions. Any resemblances are superficial but may seem to be the same for the observer with limited knowledge of Shariah rules. We must not however underestimate the will of people to circumvent the law for their personal profit. This is a common feature in humanity, regardless of the geography or religion. Christianity had a ban on interest, very similar to Shariah. It also had its share of those who played financial tricks to illegitimately profit from earning forbidden interest. Some observers belittle the role the prohibition of interest had in Europe, and may view i...

Portfolio and Default Risk of Islamic Microfinance Institutions

Portfolio and Default Risk of Islamic Microfinance Institutions By: Dr. Luqyan Tamanni, MEc Editor: Ustaz Sofyan Kaoy Umar, MA, CPIF Abstract Islamic microfinance is a growing sector that is expected to provide a long-term solution to poverty in the Muslim world. The role of microfinance institutions in poverty alleviation is still debatable, however, established literature provides assurance that microfinance does contribute to the development of the financial sector and reduction of poverty in developing countries. The rise of competition in the microfinance sector has forced many microfinance institutions to resort to commercial funding and lending activities, which according to some studies has led microfinance institutions to become riskier. The paper explores portfolio and default risk of Islamic Microfinance Institutions (IMFIs) and finds that they are facing relatively lower risks than conventional MFIs. Using Ordinary Least Squares regression to analyse port...